Arsip

KIBLAT UMAT SEJAGAT


Rahasia Ka'bah Baitullah Ka'bah adalah pusat segala wujud semesta dan manusia sebagai wujud-wujud yang lain berasal dari Allah SWT dan tak ada orientasi kecuali Allah SWT. Para tamu Allah dengan semangat cinta yang luar biasa di sekitar Baitullah telah mejadi ibarat laron-laron (kalkatu) yang mengelilingi lilin.


Dan dengan gelora jiwa yang tak dapat dilukiskan mereka menyampaikan munajatnya kepada Allah SWT. Ka'bah, dari tempat yang tertinggi di Masjidil Haram bisa diketahui rahasia diamnya. Di sini, bukanlah tempat atau bangunan yang menjadi tempat mencurahkan cinta.

Lautan manusia ini bukanlah karena tradisi atau kebiasaan memutari fokus tauhid melainkan karena dorongan logika akal dan kehendak untuk bertawaf kepada Tuhan Sang Pencipta alam. Seorang pelaksana ibadah haji harus tahu untuk apa mereka mengelilingi Ka'bah. Dengan kehendaknya, ia harus berdiri di atas kaki sendiri agar ia berada dalam orientasi tauhid.

"Sungguh kami (sering) melihat mukamu (Muhammad) menengadah ke langit, maka kami sungguh akan memalingkan kamu ke kiblat yang  kamu sukai. Palingkanlah muka kamu ke arah Masjidl Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah muka kamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi & Nasrani) yang  diberi al Kitab (Taurat & Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang  mereka kerjakan" (QS. 2: 144)

"Hidup adalah bergerak. Siapa yang  tidak bergerak, dia tidak ada kehidupan. Siapa yang  menggerakkan tangannya, akan meraih kuasa. Siapa yang  kakinya digerakkan, akan sampai pada tujuan. Siapa menggerakkan akalnya, akan ditemukan rahasia alam sekitarnya. Siapa yang  menggerakkan hatinya dengan dzikir dan waspada, akan menemukan ketenangan jiwa. Siapa yang  mau bergerak, semua problematika akan terkuak".

Manusia hidup pasti punya tujuan. Hidup tanpa tujuan akan berantakan. Islam datang memberikan petunjuk terhadap tujuan yang  telah dicanangkan. Sebagaimana dikatakan dalam kitab sucinya (al Quran) "Dan tidak aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk mengabdi pada-Ku". Oleh karena manusia tercipta dalam bentuk yang  paling sempurna (karena punya akal dan hawa nafsu) daripada makhluq lainnya, Allah menjadikan ia sebagai wakil-Nya (Khalifah) di bumi untuk melestarikan, mengelola dan menjaga apa-apa yang  ada di atas maupun di dalam perut bumi.

Namun amanat yang  diemban manusia sebagai khalifah tidaklah mudah. Manusia yang  diistemewakan dengan akal dan dihiasi dengan nafsu serta dikendalikan oleh hati, harus berperang mengendalikan jiwanya menuju jalan yang  telah digariskan Tuhannya. Nafsu yang  berteman dengan syetan cenderung mengelabui si empunya yang  lemah imannya, hingga tergelincir dari jalan yang  telah dicanangkan untuk dituju sejak fitrahnya (asal wujudnya). Dan hati yang  bersahabat dengan malaikat cenderung memberikan mandate pada akal untuk mengarahkan seluruh anggota tubuhnya agar selalu bergerak demi kebaikan jiwa dan raganya sesuai dengan jalan yang  akan dituju.

Perjalanan hidup di dunia tidaklah lama. Dunia hanyalah tempat bersinggah untuk sementara seperti pengembara kemalaman yang  singgah di sebuah penginapan atau seperti angkutan umum yang  singgah di terminal atau halte untuk mengangkut penumpang mengantarkan mereka pada tujuannya. Namun, karena kehidupan penuh dengan aneka ragam pergulatan dan problematika, waktu yang  begitu singkat laksana tempo kontrakan penginapan yang  hanya semalam cenderung diabaikan oleh manusia, bahkan terlupakan atau justru sengaja melupakannya, hingga ia lupa akan tujuan awal diciptakannaya. Ia lupa jalan yang  harus ditempuhnya, lebih parah lagi jika ia lupa jalannya dan kehilangan kompas kehidupan hingga peta untuk melangkahkan kaki ke arah yang  sebenarnya tidak terbaca olehnya. Semakin lama ia semakin menjauh dari jalan yang  sebenarnya. Jalan yang  telah digariskan mengarah ke kanan, namun justeru ia mengarah ke kiri.

Demi menyelamatkan pemeluknya, Islam memberikan peta dan kompas kehidupan mereka yang  semuanya tercover dalam al Quran. Pertama yang  harus dijalani adalah men-tauhid-kan sang Pencipta alam semesta (Allah swt). Di mana semua ajaran Islam pada dasarnya berpusat pada peng-esa-an Allah swt "Dan Tuhan kamu adalah Tuhan yang  Esa. Tiada tuhan selaian Dia yang  Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".

Dari peng-esa-an ini bercabang membuahkan keimanan terhadap keberadaan para maliakt Allah, para Rasul, kitab-kitab suci-Nya, hari kiamat dan Qadha Qadar-Nya. Di mana kesemuanya tersebut lazim kita katakan sebagai rukun iman. Perintah kedua adalah mendirikan Shalat. Kemudian dilanjutkan dengan amalan ibadah sosisal wajib yang  berbentuk zakat. Lantas Allah membantu hamba-Nya dalam mengendalikan nafsu durjananya dengan mewajibkan ibadah puasa. Dan diahiri dengan amal ibadah yang  multi fungsi, yakni berfungsi untuk mengingat Sang Pencipta, mengendalikan nafsu dan ibadah sosial, yaitu ibadah haji.

Manusia yang  disibukkan dengan urusan kehidupannya sehari-hari cenderung melupakan sang Penciptanya, yakni Allah swt. Untuk itu Allah mewajibkan mereka selalu mengingat-Nya dalam waktu-waktu tertentu (Shalat lima waktu) agar mereka selalu sadar dan ingat akan tujuan terciptanya di dunia yang  fana ini. Karena hanya dengan Shalat manusia bisa konsentrasi dan sadar betul mengingat Tuhannya. Dengan ingat terhadap Tuhan, ia akan ingat pula akan tujuan hidup sebenarnya. Hanya dengan Shalat manusia bisa bertemu langsung menghadap Tuhannya, mengadu dan memohon petunjuk hidup dari-Nya.
Kemudian Allah menunjukkan pada mereka ke mana harus menghadap dalam Shalat? Andai tidak ada petunjuk, mereka akan bingung ke mana harus menghadap. Hingga kemudian membuat mereka enggan menjalankannya karena merasa seolah-olah Shalat tidak ada guna dan tujuannya.

Di samping itu dengan adanya petunjuk arah yang  satu ke mana manusia harus menghadap dalam Shalatnya, hal itu bisa berarti pula akan kebersamaan dan persatuan umat dalam beragama serta berarti pula bahwa Tuhan itu satu. Sangat jauh dari kemungkinan arah untuk menghadap itu hanya satu jika tuhan lebih dari satu. Karena bisa jadi kalau tuhan lebih dari satu, yang  pertama menyuruh menghadap Mekah, yang  satunya minta menghadap Palestina, yang  lainnya mengharuskan menghadap India atau Amerika dll. Demi menghilangkan semua persepsi tersebut dan menjaga kesatuan serta persaruan umat di dunia agar di kehidupan bisa tentram dan teratur, Allah menetapkan satu arah saja bagi hamba untuk menghadap kepada-Nya yang  lazim kita sebut dengan KIBLAT.

Makna Kiblat berasal dari bahasa Arab Qiblat. Dalam kamus bahasa Arab-Arab kontemporer Al Munjid, Qiblat berarti arah untuk menghadap. Dalam kitab (buku) Al Bujairami Aly al Khathib, Qiblat disebut kiblat karena tempat untuk menghadap bagi orang yang  sedang shalat.

Dalam situs www.ensiklopedia.com, Kiblat adalah kata Arab yang merujuk arah yang dituju saat seorang Muslim mendirikan Shalat. Pengertian pertama merupakan makna etimologis dan pengertian berikutnya merupakan makna terminologis. Dari makna etimologi setiap tempat yang  dijadikan arah untuk menghadap bisa disebut kiblat. Sedangkan dari makna terminologinya kiblat merupakan tempat tertentu untuk menghadap bagi seseorang yang  sedang menjalan ibadah (shalat).

Sejarah Kiblat dalam sebagian buku sejarah Islam diriwayatkan bahwa kurang lebih 2000 tahun sebelum nabi Adam diciptakan, Allah swt telah membangun pondasi sebuah bangungan persegi empat di muka bumi. Kemudian para makhluq yang  telah tercipta (Jin -termasuk Iblis- dan malikat) melakukan ibadah (mengabdi) dengan berthawaf (berkeliling) memutari pondasi tersebut. Namun ada juga yang  mengakatakan bahwa pondasi tersebut terbangun 8000 tahun sebelum Adam tercipta. Hal itu terbukti pada ucapan Iblis (dari golongan Jin; pimpinannya syetan) ketika diperintah Allah untuk sujud (tunduk) pada Adam (setelah tercipta) yang  kemudian menolak dengan congkak dan sombong (karena merasa sebagai hamba Allah yang  paling baik dan berbakti) berkata: Aku lebih darinya (Adam) Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Aku juga telah beribadah kepada-Mu di bumi seribu tahun, di langit pertama 1000 tahun, langit kedua 1000 tahun, langit ketiga 1000 tahun, langit keempat 1000 tahun, kelima 1000 tahun, keenam 1000 tahun dan ke tujuh 1000 tahun.

Keterangan tersebut terdapat dalam sebagian buku tafsir yang  menafsiri firman Allah yang  artinya: "Sesungguhnya Aku telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Aku bentuk tubuhmu dan Aku katakan kepada para malaikat : Bersujudlah kamu kepada Adam, maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang  bersujud. Allah berfirman (pada Iblis): Apakah yang  menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Iblis menjawab: Saya lebik darinya. Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (QS. 7:11-12).

Diriwayatkan pula bahwa nabi Adam setelah diturunkan ke bumi dalam keadaan berpisah dari Hawa (isterinya), kemudian bertemu di bukit Arafah dan beranak-pinak di sekitar bukit tadi (Mekah;sekarang) diperintahkan Allah untuk membangun sebuah bangunan di atas pondasi tersebut. Kemudian bangunan tadi kita kenal dengan Ka'bah. Di bangunan tersebut nabi Adam mengumpulkan dan menyatukan semua anak turunnya untuk dinasehati dan diberi pendidikan tauhid (mengesakan Allah) serta syareat yang  diembannya dari Allah.

Seiring berjalannya waktu dan sejarah kehidupan di bumi yang  penuh dengan peristiwa, ka'bah sirna tenggelam oleh banjir topan pada masa nabi Nuh as. Kemudian diperbaruhi kembali bangunannya oleh nabi Ibrahim dan Ismail atas perintah Allah swt dan dijadikan sebagai kiblatnya dalam beribadah.
Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun (Kira kira 600 M dan belum diangkat menjadi Rasul pada saat itu), bangunan ini direnovasi kembali akibat bajir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Bangunan Ka'bah Ka'bah secara etimologi berasal dari bahasa Arab ka'aba-ya'kubu-ka'ban-muka'aban-ka'batan, yang  berarti persegi empat.

Disebut ka'bah karena berbentk persegi empat. Dalam buku fikih Islam al Bujairami, tingginya ka'bah = 27 dzira' (1 dzira' = 60cm;27x60=1600cm=16m). Tinggi pintunya =6 dzra' 10 jari (3,75m) dan lebarnya 4 dzira' (2,4m). Bangunan ka'bah dibuat dari batu-batu pegunungan yang  diceritakan dari 5 gunung (G. Thur Saina', G. Al Joudi, G. Hero, G. Abil Qubais dan G. Tsubair)

Dalam sejarahnya dikatakan pula bahwa pada awalnya bangunan Ka'bah yang juga dinamakan Baitul Atiq atau rumah tua terdiri atas dua pintu serta pintu ka'bah terletak diatas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi sebagaimana pondasi yang dibuat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Namun ketika Renovasi Ka'bah akibat bencana banjir pada saat Muhammad SAW berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi rasul -di mana dalam hal tersebut membutuhkan biaya yang  halal dan bersih- mengalami kekurangan biaya. Hingga ahirnya bangunan ka'bah dibuat hanya satu pintu serta ada bagian ka'bah yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan ka'bah yang dinamakan Hijir Ismail yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi ka'bah.

Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, lingkungan Ka'bah penuh dengan patung yang merupakan perwujudan Tuhan bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Tuhan tidak boleh disembah dengan diserupakan dengan benda atau makhluk apapun dan tidak memiliki perantara untuk menyembahnya serta tunggal tidak ada yang menyerupainya dan tidak beranak dan diperanakkan (Surat Al Ikhlas dalam Al-Qur'an). Ka'bah akhirnya dibersihkan dari patung patung ketika Nabi Muhammad mebebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah.

Saat itu pintu ka'bah dibuat tinggi agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh bangsa Arab. Namun karena kaumnya baru saja masuk Islam, maka Nabi Muhammad SAW mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali ka'bah sehingga diriwayatkan dalam sebuah hadits beliau berkata: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku turunkan pintu ka'bah dan dibuat dua pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail kedalam Ka'bah", sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.
Ketika masa Abdurrahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibuat sebagaimana perkataan Nabi Muhammad SAW atas pondasi Nabi Ibrahim.

Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa daerah Syam (Suriah,Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka'bah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka'bah berdasarkan bangunan hasil renovasi Nabi Muhammad SAW pada usia 30 tahun bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim. Dalam sejarahnya Ka'bah beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan umur bangunan.

Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk merenovasi kembali ka'bah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW. Namun segera dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Ka'bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.

Ringkasnya adalah bangunan ka'bah saat itu diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci ka'bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah. Mekah sebagai Tempat Ka'bah Mekkah atau Makkah Al Mukarromah, bahasa Arab: ( مكة المكرمة) atau juga dikenal dengan nama Makkah adalah kota utama di Arab Saudi yang merupakan kota tujuan utama kaum Muslimin dalam menunaikan ibadah haji.

Di sana terdapat bangunan utama Ka'bah yang merupakan patokan arah kiblat untuk Shalat kaum muslimin di seluruh dunia serta prosesi Ibadah haji.
Keutamaan kota Mekkah selain tempat lahirnya Nabi Muhammad SAW juga terdapat Masjidil Haram dengan Ka'bah di dalamnya di mana sabda Nabi: "Shalat di masjidil Haram memiliki pahala 100000 x". Kota Mekkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan kota Madinah, kurang lebih 200 km sebelah timur laut kota Jeddah tepatnya pada koordinat 21°25′24″LU, 39°49′24″BT .

Kotanya merupakan lembah sempit yang dikelilingi gunung-gunung dengan bangunan Ka'bah sebagai pusatnya. Dengan demikian, pada masa dahulu kota ini rawan banjir bila di musim hujan sebelum akhirnya pemerintah Arab Saudi memperbaiki kota ini dan merenovasi kota ini. Seperti pada umumnya kota kota di wilayah Arab Saudi, kota ini beriklim gurun.

Kota Mekkah dikenal sebagai kota dagang, pada masa lalu dikenal dengan jalur perdagangan antara Yaman-Mekkah-Madinah-Damsyiq (Damaskus) dengan penghasilan sekali pemberangkatan kafilah mencapai 600.000 pound. Selain dikenal kota dagang, ekonomi juga bertumpu dengan pertanian dan peternakan serta pelayanan jasa untuk jemaah haji diantaranya usaha perhotelan dan penginapan. Di samping sebagai pusat agama Islam kota Mekah juga sebagai pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam.

Perkembangan kota Mekkah tidak terlepas dari keberadaan Nabi Ismail dan Hajar sebagai penduduk pertama kota ini yang ditempatkan oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah. Pada perkembangannya muncul orang orang Jurhum yang akhirnya tinggal di sana . Pada masa berikutnya kota ini dipimpin oleh Quraisy yang merupakan kabilah atau suku yang utama di Jazirah Arab karena memiliki hak pemeliharaan terhadap Ka'bah. Suku ini terkenal dalam bidang perdagangan bahkan pada pasa itu aktivitas dagang mereka dikenal hingga Damaskus, Palestina dan Afrika. Tokoh sebagai kepala kabilah Quraisy adalah Qussai yang dilanjutkan oleh Abdul Muthalib. Nabi Muhammad adalah keturunan langsung dari Nabi Ismail serta Qussai.

Pada tahun 571 M, Nabi Muhammad lahir di kota ini dan tumbuh dewasa. Pertama kali menerima wahyu dari Allah saat kaumnya masih berada dalam kegelapan pemikiran (Jahilliyah) sehingga berpindah ke Madinah. Setelah Madinah berkembang, akhirnya nabi Muhammad kembali ke Mekkah dalam misi membebaskan kota mekkah tanpa pertumpahan darah.

Pada masa selanjutnya Mekkah berada di bawah administrasi khalifah yang berpusat di Madinah, serta para raja yang saat itu berkuasa di Damaskus (Dinasti Ummayyah), Baghadad (Dinasti Abbasiyah) dan Turki (Usmaniyah) yang ketika itu di bawah Syarif Hussein. Kemudian disatukan di bawah pemerintahan Arab Saudi oleh Abdul Aziz ibnu Saud sampai sekarang yang merupakan pelayan kedua kota suci.

Sejarah Arah Kiblat Pada mulanya, kiblat mengarah ke Yerusalem. Menurut Ibnu Katsir,[1] Rasulullah SAW dan para sahabat shalat dengan menghadap Baitul Maqdis. Namun, Rasulullah lebih suka shalat menghadap kiblatnya Nabi Ibrahim, yaitu Ka'bah. Oleh karena itu beliau sering shalat di antara dua sudut Ka'bah sehingga Ka'bah berada di antara diri beliau dan Baitul Maqdis.

Dengan demikian beliau shalat sekaligus menghadap Ka'bah dan Baitul Maqdis. Setelah hijrah ke Madinah, hal tersebut tidak mungkin lagi. Beliau shalat dengan menghadap Baitul Maqdis. Beliau sering menengadahkan kepalanya ke langit menanti wahyu turun agar Ka'bah dijadikan kiblat shalat. Allah pun mengabulkan keinginan beliau dengan menurunkan ayat 144 dari Surat al-Baqarah: "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan" (Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah).

Juga diceritakan dalam suatu hadits riwayat Imam Bukhari, dari al-Bara bin Azib, bahwasanya : Nabi SAW pertama tiba di Madinah beliau turun di rumah kakek-kakek atau paman-paman dari Anshar. Dan bahwasanya beliau shalat menghadap Baitul Maqdis enam belas atau tujuh belas bulan. Dan beliau senang kiblatnya dijadikan menghadap Baitullah.

Dan shalat pertama beliau dengan menghadap Baitullah adalah shalat Ashar dimana orang-orang turut shalat (bermakmum) bersama beliau. Seusai shalat, seorang lelaki yang ikut shalat bersama beliau pergi kemudian melewati orang-orang di suatu masjid sedang ruku. Lantas dia berkata: "Aku bersaksi kepada Allah, sungguh aku telah shalat bersama Rasulullah SAW dengan menghadap Makkah." Merekapun dalam keadaan demikian (ruku) merubah kiblat menghadap Baitullah. Dan orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab senang beliau shalat menghadap Baitul Maqdis. Setelah beliau memalingkan wajahnya ke Baitullah, mereka mengingkari hal itu. Sesungguhnya sementara orang meninggal dan terbunuh sebelum berpindahnya kiblat, sehingga kami tidak tahu apa yang akan kami katakan tentang mereka.

 Kemudian Allah yang Maha Tinggi menurunkan ayat "dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu" (al-Baqarah, 2:143). Hal itu terjadi pada tahun 624. Dengan turunnya ayat tersebut, kiblat diganti menjadi mengarah ke Ka'bah di Mekkah. Selain arah shalat, kiblat juga merupakan arah kepala hewan yang disembelih, juga arah kepala jenazah yang ada dalam kubur.

Rahasia Ka'bah Baitullah Ka'bah adalah pusat segala wujud semesta dan manusia sebagai wujud-wujud yang lain berasal dari Allah SWT dan tak ada orientasi kecuali Allah SWT. Para tamu Allah dengan semangat cinta yang luar biasa di sekitar Baitullah telah mejadi ibarat laron-laron (kalkatu) yang mengelilingi lilin. Dan dengan gelora jiwa yang tak dapat dilukiskan mereka menyampaikan munajatnya kepada Allah SWT. Ka'bah, dari tempat yang tertinggi di Masjidil Haram bisa diketahui rahasia diamnya. Di sini, bukanlah tempat atau bangunan yang menjadi tempat mencurahkan cinta.

Lautan manusia ini bukanlah karena tradisi atau kebiasaan memutari fokus tauhid melainkan karena dorongan logika akal dan kehendak untuk bertawaf kepada Tuhan Sang Pencipta alam. Seorang pelaksana ibadah haji harus tahu untuk apa mereka mengelilingi Ka'bah. Dengan kehendaknya, ia harus berdiri di atas kaki sendiri agar ia berada dalam orientasi tauhid.

Dewasa ini dimana berbagai negara berusaha membangun istana-istana dan bangunan-bangunan termegah serta dengan kekerasan dan penipuan berusaha memperoleh popularitas dan untuk masalah terkecil pun mereka menggelar konferensi dan seminar, akan tetapi mereka sama sekali tidak melontarkan sedikitpun kata-kata untuk mengungkapkan kesan-kesan ibadah besar haji yang mengandung nuansa pengabdian, politik dan sosial umat Islam ini. Sebab mereka tahu betul betapa dalamnya pengaruh ibadah ini dalam menentukan garis nasib manusia.

Rahasia Ka'bah tidak bisa dilukiskan dengan lidah melainkan dengan hati. Pada saat dimana lautan manusia, baik yang berkulit hitam maupun putih dan memiliki aneka ragam bahasa mendirikan solat di depan Baitullah dan engkau pun dapat menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, engkau hanya bisa khusu' dan merendah diri di depan Sang Pemilik rumah ini, kemudian engaku ambil cahaya yang tertinggi dan bertasbihlah.

Keagungan dan kemuliaan Ka'bah ada pada keagungan dan kebesaran Sang Pencipta dan yang mengatur segala wujud semesta, sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Quranul Karim di bagian terakhir surah Al-Hasyr yang artinya: "Dialah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, Yang membentuk rupa, Yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Berkumpulnya manusia mengelilingi Ka'bah menunjukkan bahwa selain Allah dilarang mengelilinginya. Tawaf memutari Ka'bah yang menunjukkan cinta kepada Yang Hak, mengajarkan kepada kita untuk membersihkan hati kita dari selain-Nya, dan tidak takut kepada apapun selain-Nya.

Sa'i antara Safa dan Marwa mengajarkan agar kita berusaha menuju ke arah kekasih yang kita cintai, yaitu Allah SWT, dengan ketulusan dan kebersihan hati. Karena dengan menuju dan memperoleh kedekatan kepada-Nya, maka segala macam persoalan duniawi akan hilang sirna. Segala keraguan dan kebimbangan pun akan musnah. Demikian pula segala bentuk ketergantungan kepada hal-hal yang bersifat materi.

Penutup Dari penjelasan tersebut di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Ka'bah merupakan Kiblat Umat Sejagat. Terbukti bahwa dari awal terbangunnya, ka'bah dijadikan pusat peribadatan oleh makhluq sebelum manusia, yakni malaikat dan jin. Pada masa nabi Adam dijadikan tepat pemersatu anak turunnya dan pengajaran risalahnya. Pada masa nabi Ibrahim, barulah dijadikan sebagai kiblat peribadatan umat Manusia. Hingga sampai pada masa nabi Muhammad saw dan sampai sekarang ka'bah masih tetap dan terus sampai hari terahir kehidupan dunia, dijadikan kiblat umat sejagat. Adapun mereka yang  tidak mengkui Ka'bah sebagai kiblatnya itu semata-mata karena hawa nafsunya.

Pada mulanya umat manusia adalah satu. Umat Islam dan semua sektenya, Yahudi dan semua alirannya, Nasrani dan semua pecahannya, Kristiani dan semua sektenya, Hindu dan semua kastanya, Budha dan semua alirannya, Sintho, Syikh, dan semua agama yang  ada dipermukaan bumi pertiwi adalah satu. Namun karena banyak yang  menyimpang dari ajaran para Pembawa risalah Ilahi, umat menjadi terpecah dan bahkan saling bermusuhan.

Padahal semua nabi dan Rasul pun ajarannya satu dan sama, yakni agama Tauhid. Agama yang  menyatakan Tuhan itu satu. Pencipta alam semesta dan Pemiliknya adalah satu dan tiada sekutu bagi-Nya. Allah berfirman: "Manusia adalah umat yang  satu. Kemudian Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan dan Allah menurunkan kitab bersama mereka dengan benar untuk memberi keputusan di antar mereka tentang perkara yang  mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu selain orang yang  telah didatangkan kitab pada mereka, yakni setelah datang pada mereka keterangan-keterangan yang  nyata karena dengki antara mereka sendiri. Lantas Allah memberi petunjuk orang-orang yang  beriman atas kebenaran perkara yang  mereka selisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk jalan yang  lurus pada orang-orang yang  dikehendaki-Nya" (QS. 2: 212).

Adapun hukum masuk ke dalam bangunan ka'bah adalah boleh. Sebab Rasul saw pernah melakukan hal tersebut, bahkan diriwayatkan beliau sempat shalat di dalamnya. Dalam sebuah hadis yang  diriwayatkan oleh Ibn Umar bahwa: " Sesungguhnya Rasul saw pernah masuk ka'bah barsama Bilal, Usamah dan Utsman Ibn Thalhah. Ibn Umar berkata: Kemudian aku bertanya pada Bilal "Apa yang  telah dilakukan Rasul saw di dalam ka'bah?" Bilal menjawab: Ada satu tiang di samping kirinya dan satu tiang lagi di samping kanannya dan tiga tiang lainnya berada di belakangnya, kemudian beliau shalat. Ibn Umar berkata: Di dalam Ka'bah saat itu ada enam tiang" (HR. Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Malik, Imam Syafi\i dan Imam Abu Dawud).

Demikian yang  bisa penulis uraikan. Dengan segala kekurangan yang  ada penulis berharap tulisan sederhana ini dapat memantapkan para pembaca akan keimanannya dan mampu memotivasi orang yang  belum pernah berkunjung ke Mekah untuk melihat langsung keajaiban Ka'bah dan sudah berkemampuan untuk segera mencobanya jika ada kesempatan. Jika banyak kekurangan dalam tulisan ini harap dimaklumi karena boleh dikatakan ini sebagai sarana latihan menulis bagi penulis. Ahirnya penulis ucapkan Hadaanallahu wa Iyyakum Daaiman Ila Sabilil Haq.

Refrensi
1. Al Quran al Karim (Terjemah). 2. Al Munjid fi al Lughah al Arabiyyah al Mu'ashirah (kamus Arab-Arab). 3. Al Bujairami Ali al Khathib. Ibn Umar al Bujairami. 4. Al Irtibath al Zamani wa al Aqoidy Bain al Anbiya' wa al Rusu. Dr. HM. Washfi. Dar bn Hazm. 5. Al Umm. Imam Syafi'i. 6. www.ensiklopedia.com
* Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Salafiyah, sekarang tengah menyelesaikan program S-1 di Libya.

SUMBER : Kiblat Umat Sejagat (Manusia, Jin dan Malaikat)_2.mhtml